Media Pembelajaran Audio Visual dalam bahasa Arab
Oleh Ilham Nur Kholiq
- Pengertian
Sudarwan
Danim menyatakan bahwa media pembelajaran merupakan seperangkat alat
bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka
berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik.[1]
Yusuf
Hadimiarso menyatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan
siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri
siswa.[2]
Dalam
Muhaimin, Martin dan Briggs menyatakan bahwa media pembelajaran adalah
mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan
siswa.[3]
Beberapa
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah
segala sesuatu yang dapat dijadikan perantara yang dapat membangkitkan
minat siswa untuk belajar sehingga materi yang disampaikan lebih mudah
dipahami oleh siswa dan sesuatu yang digunakan untuk merangsang pikiran
dan membangkitkan semangat dalam diri siswa untuk belajar.
Media atau alat-alat audio visual adalah alat-alat yang “audible” artinya dapat di dengar dan alat-alat yang “visible” artinya dapat dilihat.
Media
audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar.
Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi
kedua jenis media yang pertama dan kedua. Media ini dibagi lagi kedalam
dua kategori, yaitu :[4]
Audio
visual diam adalah media yang menampilkan suara dan gambar diam.
Seperti, film bangkai suara, film rangkai suara dan cetak suara. Audio
visual cetak adalah media yang dapat menampilkan unsur suara dan unsur
gambar yang bergerak. Seperti, film suara dan vidio cassette.
Jadi,
pengajaran audio visiual adalah produksi dan penggunaan materi yang
penerapanya melalui pandangan dan pendengaran serta tidak seluruhnya
tergantung pada pemahaman kata atau simbol-simbol yang ada.
- Ciri-ciri Media Audio Visual
- Biasanya bersifat linier
- Biasanya menyajikan visual yang dinamis
- Dengan cara yang telah diterapkan sebelumnya oleh perancang/pembuatnya
- Mereka merupakan representasi fisik dari gagasan real dan abstrak
- Mereka dikembangkan menurut prinsip psikologis behavorisme dan kognitifUmumnya mereka berorentasi kepada guru dan tingkat pelibatan interaktif murid rendah.[5]
Untuk
menggunakan media audio visual seperti yang ada sekarang masih banyak
hambatanya bagi kita di Indonesia ini. Sebabnya diantara alat-alat audio
visual yang modern ada yang memerlukan alat khusus seperti proyektor
yang pada giliranya memerlukan aliran listrik. Alat-alat audio visual
dapat menyampaikan pengertian atau informasi dengan cara yang lebih
kongrit atau lebih nyata dari pada ditulis. Oleh karena itu alat-alat
audio visual membuat suatu pengertian atau informasi menjadi lebih
berarti.
Bahan
audio visual bisa membantu belajar dengan beberapa cara. Tapi ditinjau
dari sudut penggunaanya di dalam kelas, bahan audio visual bisa
diklasifikasikan dalam dua kelompok besar :
Kritieria
media ini terdiri dari gambar-gambar, peta-peta dan obyek-obyek
sebenarnya yang akan digambarkan atau diindentifikasikan oleh siswa
untuk dapat menunjukkan bahwa ia telah menguasai bahanya.
Media
perantara. Ini terdiri alat bantu yang bukan merupakan dari situs
kriteria, dengan kata lain siswa dituntut untuk menggambarkan atau
mengidentifikasinya. Fungsi satu-satunya adalah untuk membantu siswa
untuk mendapatkan pengertian tentang suatu gejala atau kejadian.[6]
Merupakan
hal yang penting untuk dapat membedakan media kriteria dari media
perantara. Jika tugas media kriteria adalah untuk mempermudah belajar
dengan memberi kesempatan kepada siswa melatihkan suatu keterampilan,
maka media perantara membantunya untuk mendapatkan keterampilan
tersebut. Ini berarti kedua macam tersebut harus digunakan dengan cara
yang berbeda. Antara lain media perantara harus dihilangkan secara
bertahap ketika terjadi belajar, sehingga siswa semakin lama semakin
mandiri. Sebaliknya media kriteria harus dilatihkan dan diulang terus
menerus diulang terus menerus supaya tidak dilupakan.
- Fungsi dan Manfaat Audio Visual
Media
audio visual dapat mempermudah orang yang menyampaikan dan mempermudah
dalam menerima suatu pelajaran atau informasi serta dapat menghindarkan
salah pengertian. Alat-alat audio visual mendorong keinginan untuk
mengetahui lebih banyak lagi tentang hal-hal yang berkaitan dengan
materi yang telah disampaikan oleh guru. Alat-alat audio visual tidak
hanya menghasilkan cara belajar yang efektif dalam yang lebih singkat,
tetapi apa yang diterima melalui alat-alat audio visual lebih lama dan
lebih baik yakni tinggal ingatan.
Ada beberapa manfaat alat bantu audio visual dalam pengajaran, antara lain :
- Membantu memberikan konsep pertama atau kesan yang benar.
- Mendorong minat.
- Meningkatkan pengertian yang lebih baik.
- Melengkapi sumber belajar yang lain.
- Menambah variasi metode belajar.
- Meningkatkan keinginan intelektual.
- Cendrung mengurangi ucapan dan pengulangan kata yang tidak perlu.
- Membuat ingatan terhadap pelajaran yang lebih lama.
- Dapat memberikan konsep baru dari sesuatu di luar pengalaman biasa.[7]
Akibat
dari apa yang diuraikan diatas, sekarang orang menggunakan alat-alat
audio visual karena dianggap sebagai salah satu media yang mampu
memenuhi kebutuhan pengajaran di era modern seprti sekarang ini,
terutama pada alat-alat audio visual yang dapat memberi dorongan dan
motivasi serta membangkitkan keinginan untuk memenuhi dan menyelidiki
yang akhirnya menjerumuskan kepada pengertian yang lebih baik.
- Kelebihan dan Kelemahan Media Audio Visual
Menurut
Nana Sudjana (1991) dan Sudirman N, dkk (1991). Menyimpulkan tentang
beberapa kelebihan-kelebihan media audio visual, adalah :
- Perpaduan teks dan gambar dalam halaman cetak sudah merupakan halaman lumrah dan ini dapat menambah daya tarik serta dapat memperlancar pemahaman informasi yang disajikan dalam dua format, verbal dan visual.
- Menampilkan obyek yang terlalu besar yang tidak memungkinkan untuk dibawa kedalam kelas, misalnya gunung, sungai, masjid, ka`bah. Obyek-obyek tersebut dapat ditampilkan melalui foto, gambar dan film.
- Memberikan pengalaman yang nyata dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa.
- Meletakkan dasar-dasar yang kongrit dari konsep yang abstrak sehingga dapat mengurangi kepahaman yang bersifat verbalisme. Misalnya, untuk menjelaskan bagaimana sistem peredaran darah manusia, maka digunakanlah film.[8]
Adapun kekurangan-kekurangan yang dapat ditampilkan pada media audio visual ini adalah :
- Kecepatan merekam dan pengaturan trek yang bermacam-macam meimbulkan kesulitan untuk memainkan kembali rekaman yang direkam pada suatu mesin perekam yang berbeda dengannya.
- Film dan vidio yang tersedia tidak terlalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar yang diinginkan kecuali film dan vidio itu dirancang dan diproduksi khusus untuk kebutuhan sendiri.
- Pengadaan film dan vidio umumnya memerlukan biaya yang mahal dan waktu banyak.
- Kekhawatiran muncul bahwa siswa tidak memiliki hubungan pribadi oleh guru, dan siswa bisa jadi bersikap pasif selama penayanganya.
- Program yang saat ini belum memperhitungkan kreatifias siswa, sehingga hal tersebut tentu tidak dapat mengembangkan kreativitas siswa.
- Media ini hanya akan mampu melayani secara baik bagi mereka yang sudah mempunyai kemampuan yang berfikir abstrak.[9]
[1] Sudarwan Danin, Media Komunikasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 1994), hlm. 7.
[2] Yusuf Hadimiarso, Teknologi Komunikasi Pendidikan, (Jakarta : CV. Rajawali, 1984), hlm. 49.
[3] Muhaimin dkk, Strategi Belajar Mengajar Penerapanya dalam Agama, (Surabaya : Citra Media Karya Anak Bangsa, 1996), hlm. 91.
[4] Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), hlm. 141.
[5] Azhar Arsyad., hlm. 31.
[6] Ivonk Davin, Pengembangan Belajar, (Jakarta : Rajaawali Pess, 1991), hlm. 153.
[7] Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa dari Teori hingga Aplikasi, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), hlm. 173.
[8] Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), hlm. 154-156.
[9] Nana Sudjana dan Ahmad Riva`i, Media Pengajaran Penggunaan dan Pembuatan, (Bandung : Sinar Baru, 1991), hlm. 131.
0 komentar:
Post a Comment