Kemahiran berbahasa (skill language) antara lain meliputi: masalah
struktur (fonologi, morfologi, sintaksis), semantik, kosakata, ejaan,
dan lain-lain. Penguasaan bahasa (kompetensi) pada akhirnya akan
mencerminkan perilaku berbahasa. Dengan kata lain, keterampilan bahasa
target sangat ditentukan oleh pengetahuannya terhadap bahasa target yang
dipelajarinya.
Pengetahuan
kebahasaan mempunyai hubungan dengan hasil belajar. Cara untuk
mengetahui hasil belajar dengan cara Evaluasi dengan menekankan pada
penguasaan teori-teori kebahasaan yang dipelajarinya. pengetahuan dapat
diujikan dengan melalui (1) tes pengetahuan, (2) wawancara, dan (3)
observasi. Nilai tes ditentukan oleh seberapa jauh pembelajar dapat
menjawab setiap pertanyaan yang diajukan. Semakin banyak pembelajar
menjawab dengan benar, semakin baiklah pengetahuan bahasanya. Tes bahasa
tersebut meliputi: tes bunyi bahasa, tes kosakata, dan tes tatabahasa.
- Tes Bunyi Bahasa
Tes bunyi bahasa pada umumnya lebih banyak dilakukan pada
penyeleng-garaan pengajaran bahasa sebagai bahasa asing daripada bahasa
pertama atau bahasa kedua (Djiwandono, 1996). Tes bunyi bahasa merupakan
tes untuk menilai ketepatan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa dan
mengidentifikasi bunyi-bunyi yang didengar atau diperdengarkan.
Penguasaan bunyi bahasa merupakan salah satu tujuan pengajaran yang
sangat penting.
Sasaran tes bunyi bahasa secara umum meliputi penguasaan seluruh sistem
bunyi bahasa, baik secara pasif-reseptif (mengenal dan memahami),
maupun secara aktif-produktif (melafalkan dan menggunakan), termasuk
penguasan tekanan dan intonasi. Dengan demikian, tes bunyi bahasa
meliputi tiga kemampuan dasar, yaitu: (1) kemampuan merekognisi dan
melafalkan perbedaan bunyi bahasa, (2) kemampuan merekognisi dan
menggunakan pola penekanan bunyi bahasa, dan (3) kemampuan mendengarkan
dan memproduksi pola dinamik bunyi bahasa.
Pengembangan alat tes bunyi bahasa perlu mempertimbangkan beberapa hal, yaitu: pertama, tekanan bunyi dalam bahasa Indonesia tidak membedakan arti; kedua, belum ada ucapan baku dan banyaknya variasi ucapan dalam bahasa Indonesia juga tidak membedakan arti; dan ketiga, tes ucapan produktif harus dilaksanakan secara individual yang tentu akan membutuhkan waktu dan tenaga.
Beberapa bentuk dan jenis butir tes bunyi bahasa antara lain: (1)
membedakan bunyi bahasa, (2) melafalkan fonem-fonem, (3) melafalkan kata
dan pasangan kata, dan (4) melafalkan rangkaian kata dan kalimat.
- Tes Kosakata
Tes
kosakata bertujuan untuk mengukur pengetahuan dan produksi kata-kata
yang dugunakan dalam berbicara dan menulis. Menurut Harris (1969:48),
yang mula-mula harus diterapkan adalah apakah kosakata yang akan
diteskan itu kosakata aktif atau pasif, yaitu kata-kata yang akan
digunakan dalam berbicara dan menulis yang akan digunakan khusus untuk
memahami bacaan. Kamus dapat digunakan dalam memilih kata-kata yang akan
diteskan, tetapi pada umumnya digunakan daftar kata yang dibuat
berdasarkan frekuensi pemakaiannya secara nyata.
Pengetahuan
tentang kosakata merupakan hal yang sangat penting untuk mengembangkan
dan menunjukkan keterampilan berbahasa mendengarkan, memba-ca, dan
menulis. Namun, hal itu tidak selamanya berarti bahwa kosakata harus
diteskan secara terpisah (Hughes, 1989:146). Tes kosakata dapat
dilakukan tersendiri, dapat juga dilakukan secara terpadu dengan
keterampilan itu. Dalam hal ini, perlu diperhatikan perbedaan antara
kemampuan produktif (berbicara dan menulis) dan kemampuan reseptif
(mendengarkan dan membaca).
Tes
kosakata umumnya menggunakan soal bentuk objektif pilihan ganda, tetapi
ada pula bentuk isian. Bentuk tes kosakata antara lain: sinonim,
antonim, memperagakan, mencari padanannya, definisi atau parafrase,
melengkapi kalimat, dan gambar. Untuk tes kosakata ini, Harris
(1969:54-57) memberi saran: (1) definisi menggunakan kata-kata sederhana
yang mudah dipahami; (2) semua alternatif jawaban memiliki tingkat
kesukaran yang lebih kurang sama; (3) kalau mungkin, semua pilihan
berhubungan dengan bidang atau kegiatan yang sama; (4) panjang pilihan
jawaban lebih kurang sama; dan (5) butir soal harus bebas dari kesalahan
ejaan.
- Tes Tata bahasa
Tata
bahasa merupakan bagian yang berkaitan dengan penataan rangkaian
kata-kata dalam suatu hubungan yang bersifat prediktif sehingga
menghasilkan kalimat yang gramatikal. Selain penataan kata dalam
rangkaian kata-kata, tata bahasa juga berkaitan dengan perubahan bentuk
kata akibat lingkungan yang dimasuki kata-kata itu dalam rangkaiannya.
Akibatnya, kata-kata itu tersusun dalam bentuk frasa ataupun kalimat.
Jadi, tatabahasa tidak hanya berurusan dengan merangkaikan kata-kata,
melainkan juga perubahan bentuk kata dan penataan dalam bentuk frasa
atau kalimat.
Tes
mengenai pengetauan tentang tata bahasa sangat penting seperti halnya
tentang kosakata sebab semua kegiatan berbahasa melibatkan kedua
komponen itu. Pengajaran bahasa, apapun pendekatan dan metodenya selalu
mengajarkan kedua komponen itu. Seperi dikatakan oleh Hughes
(1989:141-142), rupanya tidak mungkin ada lembaga pengajaran yang tidak
mengajarkan tata bahasa secara tersamar atau dengan cara lain. Kelemahan
dalam kemampuan gramatikal akan mengurangi pencapaian penampilan
keterampilan berbahasa, terutama keterampilan produktif.
Tes
tata bahasa dapat dibedakan atas (1) tes bentuk kata, (2) tes
pembentukan frasa, (3) tes makna frasa, dan (4) tes pembentukan kalimat.
Penentuan format tes didasarkan pada tujuan, keluasan materi, waktu,
serta tingkat kemampuan yang dimiliki pembelajar. Adapun bentuk tes tata
bahasa dapat disusun dalam bentuk esai, pilihan ganda, tes melengkapi,
dan tes jawaban pendek.
0 komentar:
Post a Comment