Home » » Evaluasi kemahiran berBahasa

Evaluasi kemahiran berBahasa

Unknown | 12:00 AM | 0 komentar










            Kemahiran berbahasa (skill language) antara lain meliputi: masalah struktur (fonologi, morfologi, sintaksis), semantik, kosakata, ejaan, dan lain-lain. Penguasaan bahasa (kompetensi) pada akhirnya akan mencerminkan perilaku berbahasa. Dengan kata lain, keterampilan bahasa target sangat ditentukan oleh pengetahuannya terhadap bahasa target yang dipelajarinya.

Pengetahuan kebahasaan mempunyai hubungan dengan hasil belajar. Cara untuk mengetahui hasil belajar dengan cara Evaluasi dengan menekankan pada penguasaan teori-teori kebahasaan yang dipelajarinya. pengetahuan dapat diujikan dengan melalui (1) tes pengetahuan, (2) wawancara, dan (3) observasi. Nilai tes ditentukan oleh seberapa jauh pembelajar dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan. Semakin banyak pembelajar menjawab dengan benar, semakin baiklah pengetahuan bahasanya. Tes bahasa tersebut meliputi: tes bunyi bahasa, tes kosakata, dan tes tatabahasa.
  1. Tes Bunyi Bahasa
            Tes bunyi bahasa pada umumnya lebih banyak dilakukan pada penyeleng-garaan pengajaran bahasa sebagai bahasa asing daripada bahasa pertama atau bahasa kedua (Djiwandono, 1996). Tes bunyi bahasa merupakan tes untuk menilai ketepatan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa dan mengidentifikasi bunyi-bunyi yang didengar atau diperdengarkan. Penguasaan bunyi bahasa merupakan salah satu tujuan pengajaran yang sangat penting.
            Sasaran tes bunyi bahasa secara umum meliputi penguasaan seluruh sistem bunyi bahasa, baik secara pasif-reseptif (mengenal dan memahami), maupun secara aktif-produktif (melafalkan dan menggunakan), termasuk penguasan tekanan dan intonasi. Dengan demikian, tes bunyi bahasa meliputi tiga kemampuan dasar, yaitu: (1) kemampuan merekognisi dan melafalkan perbedaan bunyi bahasa, (2) kemampuan merekognisi dan menggunakan pola penekanan bunyi bahasa, dan (3) kemampuan mendengarkan dan memproduksi pola dinamik bunyi bahasa.
Pengembangan alat tes bunyi bahasa perlu mempertimbangkan beberapa hal, yaitu: pertama, tekanan bunyi dalam bahasa Indonesia tidak membedakan arti; kedua, belum ada ucapan baku dan banyaknya variasi ucapan dalam bahasa Indonesia juga tidak membedakan arti; dan ketiga, tes ucapan produktif harus dilaksanakan secara individual yang tentu akan membutuhkan waktu dan tenaga.
            Beberapa bentuk dan jenis butir tes bunyi bahasa antara lain: (1) membedakan bunyi bahasa, (2) melafalkan fonem-fonem, (3) melafalkan kata dan pasangan kata, dan (4) melafalkan rangkaian kata dan kalimat.
  1. Tes Kosakata
Tes kosakata bertujuan untuk mengukur pengetahuan dan produksi kata-kata yang dugunakan dalam berbicara dan menulis. Menurut Harris (1969:48), yang mula-mula harus diterapkan adalah apakah kosakata yang akan diteskan itu kosakata aktif atau pasif, yaitu kata-kata yang akan digunakan dalam berbicara dan menulis yang akan digunakan khusus untuk memahami bacaan. Kamus dapat digunakan dalam memilih kata-kata yang akan diteskan, tetapi pada umumnya digunakan daftar kata yang dibuat berdasarkan frekuensi pemakaiannya secara nyata.
Pengetahuan tentang kosakata merupakan hal yang sangat penting untuk mengembangkan dan menunjukkan keterampilan berbahasa mendengarkan, memba-ca, dan menulis. Namun, hal itu tidak selamanya berarti bahwa kosakata harus diteskan secara terpisah (Hughes, 1989:146). Tes kosakata dapat dilakukan tersendiri, dapat juga dilakukan secara terpadu dengan keterampilan itu. Dalam hal ini, perlu diperhatikan perbedaan antara kemampuan produktif (berbicara dan menulis) dan kemampuan reseptif (mendengarkan dan membaca).
Tes kosakata umumnya menggunakan soal bentuk objektif pilihan ganda, tetapi ada pula bentuk isian. Bentuk tes kosakata antara lain: sinonim, antonim, memperagakan, mencari padanannya, definisi atau parafrase, melengkapi kalimat, dan gambar. Untuk tes kosakata ini, Harris (1969:54-57) memberi saran: (1) definisi menggunakan kata-kata sederhana yang mudah dipahami; (2) semua alternatif jawaban memiliki tingkat kesukaran yang lebih kurang sama; (3) kalau mungkin, semua pilihan berhubungan dengan bidang atau kegiatan yang sama; (4) panjang pilihan jawaban lebih kurang sama; dan (5) butir soal harus bebas dari kesalahan ejaan.
  1. Tes Tata bahasa
Tata bahasa merupakan bagian yang berkaitan dengan penataan rangkaian kata-kata dalam suatu hubungan yang bersifat prediktif sehingga menghasilkan kalimat yang gramatikal. Selain penataan kata dalam rangkaian kata-kata, tata bahasa juga berkaitan dengan perubahan bentuk kata akibat lingkungan yang dimasuki kata-kata itu dalam rangkaiannya. Akibatnya, kata-kata itu tersusun dalam bentuk frasa ataupun kalimat. Jadi, tatabahasa tidak hanya berurusan dengan merangkaikan kata-kata, melainkan juga perubahan bentuk kata dan penataan dalam bentuk frasa atau kalimat.
Tes mengenai pengetauan tentang tata bahasa sangat penting seperti halnya tentang kosakata sebab semua kegiatan berbahasa melibatkan kedua komponen itu. Pengajaran bahasa, apapun pendekatan dan metodenya selalu mengajarkan kedua komponen itu. Seperi dikatakan oleh Hughes (1989:141-142), rupanya tidak mungkin ada lembaga pengajaran yang tidak mengajarkan tata bahasa secara tersamar atau dengan cara lain. Kelemahan dalam kemampuan gramatikal akan mengurangi pencapaian penampilan keterampilan berbahasa, terutama keterampilan produktif.
Tes tata bahasa dapat dibedakan atas (1) tes bentuk kata, (2) tes pembentukan frasa, (3) tes makna frasa, dan (4) tes pembentukan kalimat. Penentuan format tes didasarkan pada tujuan, keluasan materi, waktu, serta tingkat kemampuan yang dimiliki pembelajar. Adapun bentuk tes tata bahasa dapat disusun dalam bentuk esai, pilihan ganda, tes melengkapi, dan tes jawaban pendek.




Share this article :

0 komentar:

Post a Comment