Nahwu sebagai ilmu akan berkembang, tergantung pada prespektif dan metode penelitian yang
digunakan. Model kajian qawaid dalam bahasa Arab yang lebih realistis,
rasional dan pragmatis sangat diperlukan. Nahwu pertama kali
diperkenalkan oleh Abu aswad ad-Duali yang hidup pada masa Mu’awiyah bin
Abu sufyan. Nahwu membahas pada akhir kata. Adapun sharaf membicarakan
perubahan asal kata dari bentuk madhi, mudhori’, masdhar dan lain
sebagainya. Sementara balaghah membicarakan tentang keindahan suatu
bahasa atau lebih memperhatikan aspek sastra dari sebuah bahasa.
Konsep
dalam gramatika pedagogik kritis dikorelasikan dengan pengkajian
kitab-kitab berbahasa Arab yang bersastra tinggi misalnya kitab sastra
terbesar yaitu Al-Qur’an yang mengkaji dan mengulas tuntas terkait
struktur gramatika dalam teks Al-Qur’an dan mengkomunikasikannya untuk
bisa makna yang dimilikinya dengan alat bantu gramatika itu sendiri.
Keharusan pemahaman gramatika pedagogik kritis adalah agar seseorang
pembaca teks mampu mendialogkan isi teks yang akan ditafsirkan, agar
tidak terjebak pada pemahaman sempit dalam memahami muatan pesan isi
teks.
Untuk memperoleh bangunan keilmuan atas apa yang terkandung
dalam Al-Qur’an mengenai gramatika seharusnya pembahasannya menyangkut:
- Riwayat kebahasaan
- Riwayat yang berkaitan dengan nahwu
- Riwayat yang berkaitan dengan sharaf
- Redaksi dalam kata bertimbal (ambigu)
- Redaksi dalam kata metaforis (majaz)
- Kata yang mengandung peralihan makna
- Sisipan (idhmar)
- Pendahuluan dan pengakhiran
- Pembatalan hukum nask
- Tidak mengandung penolakan yang logis
Ada beberapa contoh analisis kritis terhadap struktur gramatika
1. Dhamir dan efektivitasnya atau implementasinya
Dhamir
dibagi menjadi tiga : ghaib, mukhatab dan mutakallim. Ketiga bagian
tersebut harus dipertimbangkan pula aspek peristiwa, pelaku dan waktu
2. Kedudukan kalimat dan pengaruh huruf ‘athaf (wawu)
Dalam
karyanya Quraish shihab yang berjudul Mukjizat Al-Qur’an dikatakan
dalam pemakaian kata yang menarik sehubungan tentang surge dan neraka.
Contoh dalam surat az-Zumar 39 ayat 71-73
“orang-orang
kafir dibawa ke neraka Jahanam berombang-rombongan. Sehingga apabila
mereka sampai ke neraka itu dibukakanlah (futihat) pintu-pintunya dan
berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya : “ Apakah belum pernah
datang kepadamu rasul-rasul….” Dan orang-orang yang bertakwa kepada
Tuhannya dibawa ke dalam surge berombong-rombongan (pula). Sehingga
apabila mereka sampai ke surge itu sedang pintu-pintunya telah terbuka
(wa futihat) dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya :
“kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu.
Dalam ayat
tersebut struktur bahasanya terlihat sama sesuai tujuan masing-masing,
prosesnya juga sama, dibawa berombongan, setelah sampai pintu terbuka,
dan penjaganya yang menyapa. Tapi ada sedikit perbedaan dalam hal ‘pintu yang terbuka’, dalam ayat 71 tentang neraka ditulis idza ja’uha futihat, sedangkan dalam ayat 73 tentang surga ditulis idza ja’uha wa futihat
diartikan bagi penghuni neraka, pintu baru dibuka setelah mereka sampai
di depan pintu, sedangkan untuk para penghuni surga, pintu surge telah
terbuka menyambut mereka sebelum mereka sampai didepannya. Kita
perhatikan kecermatan pemakai gaya bahasa Al-Qur’an. Bukankah kalau
mengantar seorang penjahat ke penjara atau tempat hukuman, pintunya baru
terbuka setelah seseorang sampai? Bukankah kalau seseorang hendak
menyambut tamu terhormat yang akan datang ke rumah. Pintu gerbang rumah
sudah terbuka lebar-lebar sebelum tamu tersebut datang.
3. Kedudukan subjek dan perbedaan penggunaan huruf jer (min dan ‘an)
Contoh “ dan
apabila hamba-hamba-ku bertanya kepadamu tentang aku, maka (jawablah).
Bahwasannya aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang
berdo’a apabila ia memohon kepadaku, maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah-ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-ku, agar mereka
selalu berada dalam kebenaran” (QS. Al-Baqarah 2:186).
Hal
ini menunjukkan bahwa Allah sangat dekat dengan hamba-Nya.Allah selalu
mengawasinya dan sebenarnya manusia tidak pernah luput sedikit pun dan
dalam jarak seberapa pun dari pengawasan Allah.
a). Analisis banyak kata yang memilki satu arti.
Dalam
ayat-ayat tentang hari kiamat, Allah menyebutnya bermacam-macam.
Misalnya, As-sa’ah, al-qari’ah, al-qiyamah, az-zalzalah, dan yaumu
ad-din. Masing-masing memiliki makna dan tujuan sendiri-sendiri. Bahkan
Allah menyebut dirinya sebagai qiyam pula (qiyamuhu-binafsihi).
Bagaimana dengan manusia apakah sama dengan Allah (qiyamuhu-binafsihi).
Ternyata manusia adalah qiyamuhu lighairih.
b). banyak kata yang memiliki arti sama tetapi memiliki kualitas berbeda.
Ayat
tentang datangnya perintah Allah: ja’a dan ata (datang). Ayat tentang
persiapan masa mendatang, Allah menggunakan redaksi wal tandzur nafsun
ma qaddamat lighad.
Penjelasan dan pengkajian di atas
merupakan hal-hal yang dapat dijadikan pengantar untuk pendalaman
kitab-kitab berbahasa Arab, Hadits dan Al-Qur’an. Sykuron….
0 komentar:
Post a Comment