Home » » Konsep Gramatika Dalam Bahasa Arab Melalui Pedagogik Kritis

Konsep Gramatika Dalam Bahasa Arab Melalui Pedagogik Kritis

Unknown | 8:02 PM | 0 komentar



Nahwu sebagai ilmu akan berkembang, tergantung pada prespektif dan metode penelitian yang digunakan. Model kajian qawaid dalam bahasa Arab yang lebih realistis, rasional dan pragmatis sangat diperlukan. Nahwu pertama kali diperkenalkan oleh Abu aswad ad-Duali yang hidup pada masa Mu’awiyah bin Abu sufyan. Nahwu membahas pada akhir kata. Adapun sharaf membicarakan perubahan asal kata dari bentuk madhi, mudhori’, masdhar dan lain sebagainya. Sementara balaghah membicarakan tentang keindahan suatu bahasa atau lebih memperhatikan aspek sastra dari sebuah bahasa.
Konsep dalam gramatika pedagogik kritis dikorelasikan dengan pengkajian kitab-kitab berbahasa Arab yang bersastra tinggi misalnya kitab sastra terbesar yaitu Al-Qur’an yang mengkaji dan mengulas tuntas terkait struktur gramatika dalam teks Al-Qur’an dan mengkomunikasikannya untuk bisa makna yang dimilikinya dengan alat bantu gramatika itu sendiri. Keharusan pemahaman gramatika pedagogik kritis adalah agar seseorang pembaca teks mampu mendialogkan isi teks yang akan ditafsirkan, agar tidak terjebak pada pemahaman sempit dalam memahami muatan pesan isi teks.
Untuk memperoleh bangunan keilmuan atas apa yang terkandung dalam Al-Qur’an mengenai gramatika seharusnya pembahasannya menyangkut:
  1. Riwayat kebahasaan
  2. Riwayat yang berkaitan dengan nahwu
  3. Riwayat yang berkaitan dengan sharaf
  4. Redaksi dalam kata bertimbal (ambigu)
  5. Redaksi dalam kata metaforis (majaz)
  6. Kata yang mengandung peralihan makna
  7. Sisipan (idhmar)
  8. Pendahuluan dan pengakhiran
  9. Pembatalan hukum nask
  10. Tidak mengandung penolakan yang logis
Ada beberapa contoh analisis kritis terhadap struktur gramatika
1. Dhamir dan efektivitasnya atau implementasinya
Dhamir dibagi menjadi tiga : ghaib, mukhatab dan mutakallim. Ketiga bagian tersebut harus dipertimbangkan pula aspek peristiwa, pelaku dan waktu
2. Kedudukan kalimat dan pengaruh huruf ‘athaf (wawu)
Dalam karyanya Quraish shihab yang berjudul Mukjizat Al-Qur’an dikatakan dalam pemakaian kata yang menarik sehubungan tentang surge dan neraka.
Contoh dalam surat az-Zumar 39 ayat 71-73
“orang-orang kafir dibawa ke neraka Jahanam berombang-rombongan. Sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakanlah (futihat) pintu-pintunya dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya : “ Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul….” Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya dibawa ke dalam surge berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surge itu sedang pintu-pintunya telah terbuka (wa futihat) dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya : “kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu.
 Dalam ayat tersebut struktur bahasanya terlihat sama sesuai tujuan masing-masing, prosesnya juga sama, dibawa berombongan, setelah sampai pintu terbuka, dan penjaganya yang menyapa. Tapi ada sedikit perbedaan dalam hal ‘pintu yang terbuka’, dalam ayat 71 tentang neraka ditulis idza ja’uha futihat, sedangkan dalam ayat 73 tentang surga ditulis idza ja’uha wa futihat diartikan bagi penghuni neraka, pintu baru dibuka setelah mereka sampai di depan pintu, sedangkan untuk para penghuni surga, pintu surge telah terbuka menyambut mereka sebelum mereka  sampai didepannya. Kita perhatikan  kecermatan pemakai gaya bahasa Al-Qur’an. Bukankah kalau mengantar seorang penjahat ke penjara atau tempat hukuman, pintunya baru terbuka setelah seseorang sampai? Bukankah kalau seseorang hendak menyambut tamu terhormat yang akan datang ke rumah. Pintu gerbang rumah sudah terbuka lebar-lebar sebelum tamu tersebut datang.
3. Kedudukan subjek dan perbedaan penggunaan huruf jer (min dan ‘an)
Contoh “ dan apabila hamba-hamba-ku bertanya kepadamu tentang aku, maka (jawablah). Bahwasannya aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepadaku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran” (QS. Al-Baqarah 2:186).
Hal ini menunjukkan bahwa Allah sangat dekat dengan hamba-Nya.Allah selalu mengawasinya dan sebenarnya manusia tidak pernah luput sedikit pun dan dalam jarak seberapa pun dari pengawasan Allah.
a).  Analisis banyak kata yang memilki satu arti.
Dalam ayat-ayat tentang hari kiamat, Allah menyebutnya bermacam-macam. Misalnya, As-sa’ah, al-qari’ah, al-qiyamah, az-zalzalah, dan yaumu ad-din. Masing-masing memiliki makna dan tujuan sendiri-sendiri. Bahkan Allah menyebut dirinya sebagai qiyam pula (qiyamuhu-binafsihi). Bagaimana dengan manusia apakah sama dengan Allah (qiyamuhu-binafsihi). Ternyata manusia adalah qiyamuhu lighairih.
 
b). banyak kata yang memiliki arti sama tetapi memiliki kualitas berbeda.
Ayat tentang datangnya perintah Allah: ja’a dan ata (datang). Ayat tentang persiapan masa mendatang, Allah menggunakan redaksi wal tandzur nafsun ma qaddamat lighad.
 
Penjelasan dan pengkajian di atas merupakan hal-hal yang dapat dijadikan pengantar untuk pendalaman kitab-kitab berbahasa Arab, Hadits dan Al-Qur’an. Sykuron….
 
Share this article :

0 komentar:

Post a Comment