Showing posts with label Bahasa dan Sastra. Show all posts
Showing posts with label Bahasa dan Sastra. Show all posts

Pemikiran Varro Tentang Hakikat Bahasa Pada Zaman Romawi

Unknown | 3:36 PM | 0 komentar

 pemikiran-pemikiran dalam bidang  filsafat bahasa masih memiliki ciri spekulatif dan mulai sudah mengarah
pada dasar-dasar linguistik. Dalam kenyataan sejarah perhatian orang Romawi terhadap bahasa sangat dipengaruhi bahkan meneruskan pemikiran-pemikiran para filsuf Yunani.  Pengembangan dan pemikiran tentang bahasa Romawi diserahkan kepada seorang tokoh yang bernama Crates seorang filsuf dan sekaligus seorang ahli gramatika golongan Stoa. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa pemikiran-pemikiran filsuf Yunani sangat mewarnai konsep-konsep seorang Romawi. Karya besar filsuf Romawi tentang filsafat bahasa adalah Varro yang menjadi pusat perhatian banyak kalangan ahli bahasa.
Dalam perkembangan karya Varro terlibat juga dalam perbincangan spekulatif yang dikotomis di Yunani yaitu antara pandangan analogi dan animologi. Kiranya dalam karya-karyanya yang ada, Varro yang terbesar adalah “De Lingua Latina” terdiri atas 25 jilid, dan berikut ini beberapa bagian yang terpenting dari karya Varro.
 A. Etimologi
Dalam bidang etimologi Varro mencatat perubahan bunyi dari zaman ke zaman dan perubahan makna dari sebuah kata, walaupun beberapa contohnya kurang tepat. Ia memberikan contoh perubahan bunyi “duellum” menjadi “bellum”= perang. Perubahan makna umpanya “hostis” semula berarti “orang asing” kemudian berubah menjadi “musuh”. Satu hal yang merupakan suatu kelemahan dalam etimologi ini, ialah menganggap semua kata yang terbentuk sama adalah pinjam langsung. Pada hal dalam kenyataannya ada pula bentuk-bentuk bahasa kedua kedua bahasa tersebut harus direkontruksikan kembali kepada bahas purba, seperi Indo Eropa.
 B. Pengertian Kata
Menurut Varro perihal pembahasaan kata sebenarnya terdapat bentuk-bentuk yang terjadi secara analogi dan anomalia terutama dalam bahasa latin. Jadi terdapat bentuk-bentuk teratur  dan teratur. Dalam hubungan ini penting juga untuk diketahui pengertian kata yang dikemukakan Varro. Yang disebut kata ialah bagian dari ucapan, yang tidak dapat dipisahkan lagi dan merupakan bentuk minimum, jika ia mempunyai deklinasi yang biasa dipakai semua orang menurut aturan.
C. Konsep Morfologi
Dalam bidang morfologi Varro menunjukkan orisinalitasnya dalam pembagian kelas kata. Ia menyusun satu sistem infleksi dari kata latin dalam empat bagian berikut.
Yang berinfleksi kasus  → kata benda (termasuk sifat)
Yang berinfleksi “tense” → kata kerja
Yang berinfleksi kasus dan “tense” → partisipel
Yang tidak berinfleksi →adverbium
Keempat kelas kata ini dikategorikan kembali kedalam (yang membuat pernyataan yang menghubungkan dalam sintaksis kata benda dan kata kerja, dan yang menjadi anggota bawahan dari kata kerja, adverbium).
Dengan kata kerja ia nampaknya bersimpati terhadap  kaum Stoa. Ia menyusun satu pembedaan antara “tense”. “time”, “aspect” dalam menyusun bentuk indikatif “tense”, ia membedakan pula atas aktif-pasif (Parera, 1983 :53)

Kata dan Makna dalam pandangan Ushul Fiqih

Unknown | 3:33 PM | 0 komentar

 Teks Al-Qur’an dan As-Sunnah menggunakan bahasa Arab. Hukum yang diambil dari teks tersebut dapat
dipahami secara benar jika memperhatikan tuntunan tatabahasa, cara pengambilan makna yang ditunjuk oleh kata atau susunan kalimat dalam bahasa Arab. Demi kepentingan istimbat al-ahkam (pengambilan hukum), ulama ushul fiqih sangat memperhatikan masalah kata dan maknanya.
Dengan demikian, menurut pandangan ulama Ushul Fiqh, ada beberapa cara yang ditempuh untuk memahami makna, yaitu :
1)      Dalalah Mantuq
              Yaitu, sesuatu yang ditunjukkan oleh lafal pada saat diucapkan; yakni bahwa penunjukan makna berdasarkan materi huruf-huruf yang terucap. Diantara contohnya sebagai berikut;
a.  “Aku melihat Zaid”. Signifikasi kata ‘Zaid’ di sini adalah Zaid, tidak mungkin selain Zaid
b.  “Aku melihat Singa”. Signifikasi kata ‘Singa’ di sini berarti ‘hewan buas’ secara hakiki, namun bisa juga masih ada kemungkinan diartikan secara majazi, yaitu: ‘Seorang pemberani seperti singa’
2)      Dalalah Mafhum
              Mafhum adalah makna yang ditunjukkan oleh lafadz, tidak berdasarkan pada bunyi ucapan (makna tersurat). Diantara contohnya sebagai berikut;
a. “Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah…”. Mantuq ayat ini adalah haramnya mengatakan ‘ah’, oleh sebab itu Mafhum keharaman mencaci maki dan memukul lebih pantas diambil karena keduanya dinilai lebih berat.
b. “Dan jika mereka (istri-istri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil maka berikanlah kepada mereka nafkahnya”  Makna atau Mafhumnya ialah istri yang dicerai tetapi tidak sedang hamil, tidak wajib diberi nafkah.
 Mantuq dan Mafhum, diatas bertujuan menyingkap makna dilihat dari aspek penutur. Dengan memahami makna tersurat dan tersirat kata/kalimat baik berupa ujaran atau teks bisa mudah dipahami, dianalisis dan ditemukan maksud hukum yang dibawa oleh pesan ujaran/teks tersebut.
3)      Kata Umum (‘Aam)
              Yaitu, kata yang cakupan maknanya bersifat umum merata, tidak terbatas. Diantara contohnya sebagai berikut;
a.  “Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata”. Kata ‘manusia’ disini bersifat umum, ia mengenai semua manusia.
b.  “Bunuhlah orang-orang musyrik (Al-Musyrikiin)”. Bentuk jama’ Al-Musyrikiin dalam ayat ini bersifat umum dan mencakup orang yang berbuat syirik.
4)      Kata Khusus (Khash)
              Kata khusus adalah kebalikan kata umum. Definisi kata khusus yaitu lafadz yang cakupannya hanya mengena pada sesuatu yang terbatas. Yang dimaksud ‘sesuatu terbatas’ ini, boleh berjumlah satu, dua, tiga atau lebih asalkan terbatas. Diantara contohnya sebagai berikut;
a " الطالبان يدخلان الفصل" Bentuk Mutsanna hanya khusus mengacu kepada kedua murid yang ditunjuk itu.
b.  “Aku akan menikahi semua wanita, asal ia sholehah” Kata ‘semua wanita’ menjadi khusus hanya wanita shalehah.
 Makna Umum dan Makna Khusus, diatas bertujuan menyingkap makna dilihat dari aspek cakupan makna yang dipergunakan oleh kata.
5)      Hakekat (Makna Asli)
              Yaitu, Kata yang dalam penggunaannya tetap menurut makna sebenarnya. Diantara contohnya sebagai berikut;
a. Harimau untuk nama seekor binatang buas.
b.  Sholat untuk nama suatu ibadah tertentu
6)      Majaz (Makna Kiasan)
              Yaitu, kata yang (dipakai) diluar makna aslinya. Diantara contohnya sebagai berikut;
a.  “Gembong-gembong ulama” kata ‘gembong-gembong’ artinya tokoh-tokoh, ia memiliki makna majaz
b. “sebuah dinding ingin runtuh” yang dimaksud dengan kata ‘ingin’ diatas adalah hampir.
 Hakikat dan Majaz, diatas bertujuan menyingkap makna dilihat dari aspek makna yang dipakai pada kata.

أهمية اللغة العربية

Unknown | 9:24 PM | 0 komentar


تعد اللغة العربية أقدم اللغات الحية على وجه الأرض، و على اختلاف بين الباحثين حول عمر هذه اللغة؛ لا نجد شكاً في أن العربية التي نستخدمها اليوم أمضت ما يزيد على ألف وستمائة سنة، وقد تكفّل الله - سبحانه و تعالى- بحفظ
هذه اللغة حتى يرث الله الأرض ومن عليها، قال تعالى {إنا نحن نزلنا الذكر و إنا له لحافظون}، و مذ عصور الإسلام الأولى انتشرت العربية في معظم أرجاء المعمورة وبلغت ما بلغه الإسلام وارتبطت بحياة المسلمين فأصبحت لغة العلم و الأدب والسياسة و الحضارة فضلاً عن كونها لغة الدين والعبادة.
لقد استطاعت اللغة العربية أن تستوعب الحضارات المختلفة؛ العربية، والفارسية، واليونانية، والهندية، المعاصرة لها في ذلك الوقت، و أن تجعل منها حضارة واحدة، عالمية المنزع، إنسانية الرؤية، وذلك لأول مرّة في التاريخ، ففي ظل القرآن الكريم أصبحت اللغة العربية لغة عالمية، واللغة الأم لبلاد كثيرة. إن أهمية اللغة العربية تنبع من نواحٍ عدّة؛ أهمها: ارتباطها الوثيق بالدين الإسلامي و القرآن الكريم، فقد اصطفى الله هذه اللغة من بين لغات العالم لتكون لغة كتابه العظيم و لتنزل بها الرسالة الخاتمة {إنا أنزلناه قرآنا عربيا لعلكم تعقلون}، ومن هذا المنطلق ندرك عميق الصلة بين العربية و الإسلام، كما نجد تلك العلاقة على لسان العديد من العلماء ومنهم ابن تيمية حين قال: " معلوم أن تعلم العربية و تعليم العربية فرضٌ على الكفاية ".وقال أيضا " إن اللغة العربية من الدين، ومعرفتها فرض واجب، فإن فهم الكتاب و السنة فرضٌ، و لا يفهم إلا باللغة العربية، ومالا يتم الواجب إلا به، فهو واجب "، ويقو الإمام الشافعي في معرض حديثه عن الابتداع في الدين " ما جهل الناس، ولا اختلفوا إلا لتركهم لسان العرب "، وقال الحسن البصري - رحمه الله- في المبتدعة " أهلكتهم العجمة ".كما تتجلى أهمية العربية في أنها المفتاح إلى الثقافة الإسلامية و العربية، ذلك أنها تتيح لمتعلمها الإطلاع على كم حضاري وفكري لأمّة تربّعت على عرش الدنيا عدّة قرون،وخلّفت إرثاً حضارياً ضخما في مختلف الفنون و شتى العلوم.
وتنبع أهمية العربية في أنها من أقوى الروابط و الصلات بين المسلمين، ذلك أن اللغة من أهم مقوّمات الوحدة بين المجتمعات. وقد دأبت الأمة منذ القدم على الحرص على تعليم لغتها و نشرها للراغبين فيها على اختلاف أجناسهم و ألوانهم وما زالت، فالعربية لم تعد لغة خاصة بالعرب وحدهم، بل أضحت لغة عالمية يطلبها ملايين المسلمين في العالم اليوم لارتباطها بدينهم و ثقافتهم الإسلامية، كما أننا نشهد رغبة في تعلم اللغة من غير المسلمين للتواصل مع أهل اللغة من جانب و للتواصل مع التراث العربي و الإسلامي من جهة أخرى.
إن تعليم اللغة العربية لغير الناطقين بها يعد مجالاً خصباً؛ لكثرة الطلب على اللغة من جانب، ولقلّة الجهود المبذولة في هذا الميدان من جانب آخر، و قد سعت العديد من المؤسسات الرسمية و الهيئات التعليمة إلى تقديم شيء في هذا الميدان إلا أن الطلب على اللغة العربية لا يمكن مقارنته بالجهود المبذولة، فمهما قدّمت الجامعات في الدول العربية و المنظمات الرسمية من جهد يظل بحاجة إلى المزيد و المزيد.
 ومن هنا شَرُفَت العربية للجميع بأن تكون لبنة في هذا الجهد المبذول لخدمة هذه اللغة المباركة.

The characteristics of the Arabic language

Unknown | 6:31 PM | 0 komentar



Halo Sobat…..ada tema bagus ini mengenai tentang dunia bahasa Arab yaitu Karakteristik bahasa Arab.
Seorang dosen linguistic di sebuah universitas terkemuka di Inggris Dr. Tahiyya Abdul Aziz mengemukakan kenapa bahasa Arab berkembang? Apa istimewanya bahasa Arab di tengah-tengah bahasa lain di dunia? Prof. Dr. Tahiyya Abdul Aziz pernah mengatakan dalam buku yang berjudul Arabic language the origin of language “ bahwa bahasa arab merupakan asal usul dari bahasa di dunia.
Menurut beberapa penilaian bahasa arab mengalami perkembangan yang pesat selain karena pengaruh penyebaran Islam dalam sejarah nabi juga disebabkan oleh isi dan muatan dalam bahasa Arab (al-Qur’an) itu sendiri, karakteristik tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
  1. kosakata bahasa Arab sangat luas dan kaya. Tidak ada bahasa yang memiliki kosakata yang banyak seperti bahasa Arab.
  2. Tiap huruf dalam bahasa Arab mempunyai symbol, tanda dan arti sendiri.
  3. Bahasa Arab dalam Al-Qur’an memiliki gaya penuturan yang sangat komleks, adakalanya linier, lalu memutar balik, dan jika dicermati saling berhubungan membentuk jaringan makna.
  4. Bahasa Arab memiliki konsep-konsep , teknik, pola, struktur dan hubungan yang khas.
  5. Bahasa Arab adalah bahasa satu-satunya bahasa yang paling banyak diadopsi oleh bahasa bahasa lain.
  6. Selain diadopsi kosakata dalam bahasa Arab juga diperankan untuk membentuk struktur masyarakat dalam budaya tertentu.
  7. Bahasa Arab yang ada di dalam al-Qur’an ketika dibaca bisa menjadikan seseorang menangis, mempengaruhi sisi psikologis walaupun sama sekali tidak mengerti tarjamahannya.

Latar belakang Munculnya Segitiga Semantik dan Tiga Aspek dalam Segitiga Semantik

Unknown | 6:25 AM | 0 komentar




Latar belakang Munculnya Segitiga Semantik
oleh
Ilham Nur Kholiq
Pada awal mulanya, kajian semantik ada pembahasan yang mengenai semantik tradisional.  Dalam pembahasan itu timbullah persoalan mengenai hubungan antara kata-kata dan “benda-benda” yang “ditandai” (signified) atau diacunya.  Para ahli filsafat Yunani pada zaman Scorates, dan sesudah Plato, memaparkan persoalan ini dengan istilah-istilah yang umumnya telah dipakai sejak waktu itu. Bagi mereka, hubungan semantis antara kata-kata dan “benda-benda” adalah hubungan “penamaan”  dan timbullah persoalan selanjutnya mengenai apakah “nama-nama” yang kita berikan pada “benda-benda” itu alamiah atau konvensional asal mulanya.
Selama perkembangan tata bahasa tradisional, menjadi biasa membedakan antara makna kata dengan benda, atau benda-benda, yang dinamai dengannnya. Seperti yang dirumuskan oleh para ahli tata bahasa Abad pertengahan: bentuk kata (bagian vox dictio) menandai benda karena konsep yang berkaitan dengan bentuk kata dalam pikiran penutur-penutur bahasa dan konsep itu, yang dipandang dari sudut pandang ini adalah , makna (significatio) kata itu.[1]
Tiga Aspek dalam Segitiga Semantik
Hubungan antara lafal/bahasa (intra-lingual) dengan sesuatu yang ada di luar bahasa (ekstra-lingual) dikenal dengan teori ‘semantic tringle’ (Mutsallats Al-Ma’na), yaitu segita bermakna yang menghubungkan antara 3 aspek dasar, yakni:
  1. Simbol/kata/signifiant/penanda (Dal/Alamah) yang terdiri dari bunyi bahasa, tulisan, isyarat dan sebagainya, seperti: kata Idalam (pensil), kitab (buku) dan lain-lain.
  2. Konsep/benak/pikiran/mind (syu’ur/fikrah) yang ada di dalam diri manusia ketika memahami simbol/kata.
  3. Acuan/benda/sesuatu/referen/signify/pertanda (madlul/musyar ilaih) yang ditunjuk dari simbol/kata tersebut.
Dalam bahasan semiotika, tanda (sign) terdiri dari dua unsur yang tidak bisa dipisahkan, yaitu penanda (signifiant) dan petanda (signify). Penanda adalah aspek material dari bahasa, sedangkan petanda adalah makna (konsep) yang ada pada pikiran (mind). [2]
[1] John Lyons, Pengantar Teori Linguistik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995), hlm. 397.
[2] H.R. Taufiqurrochman, Leksikologi Bahasa Arab..,hlm. 25.
Sebuah kata, misalnya buku, terdiri atas unsur lambang bunyi yaitu [b-u-k-u] dan konsep atau citra mental benda-benda (objek) yang dinamakan buku. Makna kata buku adalah konsep buku yang tersimpan dalam otak kita dan dilambangkan dengan kata buku. Gambar di samping menunjukkan bahwa di antara lambang bahasa dan konsep terdapat hubungan langsung, sedangkan lambang bahasa dengan referen atau objeknya tidak berhubungan langsung (digambarkan dengan garis putus-putus) karena harus melalui konsep.
Menurut teori ‘semantic tringle’ di atas, hubungan yang terjalin antara sebuah bentuk ‘kata/simbol’ dengan ‘acuan/benda/hal/peristiwa’ di luar bahasa tidak bersifat langsung (muqattha’ah), tetapi ada media yang terletak di antara keduanya, yaitu benak/pikiran/konsep. Kata hanya merupakan lambang (simbol) yang berfungsi menghubungkan konsep/pikiran dengan acuan/ benda.[1]
Dalam reference dengan simbol menggunakan garis putus-putus atau tidak langsung, karena simbol adalah masalah dalam bahasa. reference adalah masalah luar bahasa yang hubungannya bersifat arbitrer. Sedangkankan antara simbol dan konsep bersifat langsung, karena diantara keduanya sama-sama di dalam bahasa [2]
Tidak semua kata/simbol memiliki acuan/benda. Misalnya, kata ‘walaupun’, ‘aduh’, sekalipun bermakna tetapi tidak merujuk kepada sesuatu, tidak ada referenya.[3] Berbeda dengan kata ‘buku’ yang memiliki referen sebab ia menunjuk pada sesuatu (sebuah benda yang terbuat dari kertas, tempat tulisan,mudah sobek, mudah basah, dan lain sebagainya.
Mengenai acuan atau yang lebih kita kenal dengan reference dalam segitiga semantik, mempunyai arti yang agak berbeda . referensi yang tadi dibicarakan adalah referensi “ekstralingual”, karena referen itu adalah suatu diluar bahasa misalnya roti yang anda makan. Tetapi istilah “referensi” dapat membawa juga arti perujukan di dalam tuturan, yaitu arti “intralingual”. Misalnya, dalam klausa roti yang kita beli kemarin, saya sudah memakannya, maka  sufiks objek-nya bereferensi ke roti yang ditemukan sebagai kata pertama tuturan ini. Perujukan “intralingual” seperti ini disebut “anaforis atau “kataforis” . perujuakan itu adalah “anaforis” dalam hal perujukan kembali pada teks yang mendahului, seperti-nya dalam contoh tadi merujuk kembali pada roti . ataupun perujukan itu adalah “kataforis” dalam hal perujukan ke teks yang mengikuti, seperti anteseden merujuk pada klausa relatif: misalnya kata orang dalam klausa orang yang mendaftarkan diri harus membawa kartu penduduk . biasanya pokok referensi intralingual (disebut juga “endoforis”, entah anaforis entah kataforis ) lebih-lebih menyangkut semantik gramatikal, bukan semantik leksikal (atau hanya untuk sebagain saja). Sebaliknya, referensi ekstralingual (disebut juga “ektoforis”) lebih-lebih menyangkut semantik leksikal bukan semantik gramatikal (atau hanya untuk sebagian saja).[4]
[1] Ibid..,hlm. 25.
[2] Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003, Cet Kedua), hlm. 287.
[3] H.R. Taufiqurrochman, Leksikologi Bahasa Arab, hlm. 26.
[4] J.W.M. Verhaar, Asas-Asas linguistik Umum.., hlm.390

LANGUAGE, LANGUAGE, AND FOLLOW LANGUAGES

Unknown | 11:06 AM | 0 komentar
BAHASA
            Language is not everything, but everything without language is nothing.

                        Language (al-lughah), speech (al-kalam), and communication (al-ittisal)     merupakan tiga istilah berbeda yang sering tumpang tindih pemahamannya. Tiga    istilah ini memiliki cara pengkajian yang berbeda. Karenanya, akan kami uraikan            perbedaan tiga istilah tersebut sesuai beberapa referensi yang telah kami baca.
            1). DEFINISI BAHASA
  1. Ibnu Jinny: Sistem bunyi yang digunakan sekelompok masyarakat untuk mengungkapkan tujuannya.
  2. Ferdinand De Saussure: Sistem simbol bunyi yang ada di hati sekelompok pengguna bahasa untuk merealisasikan komunikasi antar mereka, yang setiap individu memperoleh bahasa dengan cara mendengar dari komunitasnya.
  3. Kamus Besar Bahasa Indonesia, mendefinisikan bahasa merupakan sistem lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang bersifat sewenang-wenang dan           konvensional   yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan   pikiran.
Bahasa sebagai alat komunikasi biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari         untuk   mentransfer atau menyampaikan informasi oleh seseorang kepada orang lain.      Tanpa bahasa, seseorang akan merasa kesulitan ketika dia ingin menyampaikan maksud         atau tujuannya. Begitu pentingnya bahasa sehingga dikatakan bahwa sesuatu tidak akan       ada wujudnya tanpa kehadiran bahasa.
            2). KARAKTERISTIK BAHASA
Bahasa memiliki beberapa karakteristik, adalah sebagai berikut:
  1. Simbol Bunyi, merupakan gambaran kehidupan sebuah bahasa. Bunyi bahasa adalah                 bunyi yang muncul dari manusia dan bukan sembarang bunyi. Dua jenis bahasa,yaitu:
1) instink natural, seperti menangis dan tertawa.
2) muktasabah/diperoleh.
  1. Simbol Sosial. Karakter sosial bahasa terlihat pada tataran fungsinya sebagai alat                 komunikasi. Kelompok filsafat rasionalis berpendapat bahwa fungsi pokok bahasa                         adalah untuk             mengungkapkan pikiran dan mentransformasi pengetahuan. Manusia tak     mampu berpikir tanpa bantuan bahasa. Bahasa memiliki dua bidang, yaitu:
1) bunyi: getaran yang merangsang alat pendengar kita (yang diserap oleh                                           pancaindera).
2) arti: isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan reaksi atau                       tanggapan  dari orang lain.
  1. Bahasa Itu Berubah-ubah, karena selalu terikat kuat dengan masyarakat pengguna     bahasa itu. Juga merupakan cerminan kemajuan atau kemunduran peradaban sebuah                          masyarakat.
  2. Bahasa Itu Diperoleh. Seorang manusia tidak dilahirkan langsung berbicara, tetapi                 bahasa akan dia peroleh dari masyarakat tempat di hidup. Bahasa diperoleh melalui                           dua aspek:
1) aspek natural tidak terencana, adalah potensi berbahasa yang telah diberikan                                  Allah pada manusia sejak dilahirkan.
2) aspek pemerolehan yang terencana, berkaitan dengan lingkungan tempat dia                                  tinggal.
  1. Bahasa Adalah Rangkaian Berbagai Sistem. Setiap bahasa terdiri dari komponen-                  komponen pembentuk bahasa baik dari fonologi, morfologi, sintaksis, ataupun                        semantik.
  2. BERBAHASA
                        Berbahasa lebih mudah disebut berbicara (speech/kalam) bisa dipahami sebagai      salah satu fenomena eksternal bahasa disamping tulisan. Ketika bahasa diasosiasikan pada kelompok tertentu, tentunya akan dipahami sebagai hal berikut; (1) bahasa        sebagai sebuah fenomena sosial dan sebagai media komunikasi antar individu yang ada       di masyarakat itu. (2) berbahasa merupakan bentuk sikap verbal yang muncul dari setiap             individu baik berupa perbuatan atau tulisan.
Untuk itu, kami akan menguraikan tentang masalah berbahasa dengan mencermati ayat al-qur’an surat al-baqarah: 75.
  • tbqãèyJôÜtGsùr& br& (#qãZÏB÷sムöNä3s9 ô‰s%ur tb%x. ×,ƒÌsù öNßg÷YÏiB tbqãèyJó¡o„ zN»n=Ÿ2 «!$# ¢OèO ¼çmtRqèùÌhptä† .`ÏB ω÷èt/ $tB çnqè=s)tã öNèdur šcqßJn=ôètƒ ÇÐÎÈ
 Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, Padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui?
Kata Kalam Allah tentu hanya menjadi ciri khas Allah saja bukan kalam yang lain, sehingga Kalam itu tidak sama dengan lughah. Namun kalam dan lughah adalah dua sisi dari satu fenomena seperti dua sisi pada mata uang. Bahasa merupakan representasi dari sikap sosial, sedangkan kalam merupakan representasi sikap masing-masing individu dalam masyarakat. Berikut ini kami paparkan perbedaan antara kalam dan lughah menurut Tamam Hasan dalam kitabnya berjudul al-Lughah al-Arabiyah: Ma’naha wa Mabnaha.
اللغةالكلامالرقم
حدود هذا العمل  (Batasan dari perbuatan)عمل (Perbuatan)1
معايير هذا السلوك (Tolok ukur dari sikap)سلوك (Sikap)2
قواعد هذا النشاط( kaidah-kaidah dari aktivitas)نشاط (Aktivitas)3
نظام هذه الحركة(Aturan dari gerakan)حركة (Gerakan)4
تفهم بالتأمل في الكلامBisa dipahami melalui) perenungan terhadap kalam)يحس بالسمع نطقا و البصر كتابة (Dapat diindera dengan telinga ketika diucapkan, dan dapat diindera dengan mata ketika ditulis)5
الموصوفة في كتب القواعد و فقه اللغة و المعجم و غيرها (Aturan-aturan yang dideskripsikan dalam buku-buku qowaid)المنطوق وهو المكتوب (Sesuatu yang terucap dan tertulis)6
لا تكون إلا إجتماعيةقد يحدث أن يكون عملا فرديا7

  1. TINDAK BAHASA
Maksud tindak bahasa di sini, bahasa merupakan fenomena kemanusiaan yang bersifat rasional dan sosial yaitu bahasa adalah fenomena yang ada diantara manusia sebagai indikasi kemampuan rasional dan karakter sosialnya. Bahasa disebut sebagai fenomena kemanusiaan karena bahasa hanya ditemukan pada manusia, bahasa tidak ada pada makhluk Tuhan yang lain. Berikut empat argumen yang menguatkan statement ini (Khalaf, 1994: 14-15).
  1. Firman Allah; QS. Al-Balad: 4, 8-9.
ó‰s)s9 $uZø)n=yz z`»|¡SM}$# ’Îû >‰t6x. ÇÍÈ   @yèøgwUOs9r&ô ¼ã&©! Èû÷üuZøŠtã ÇÑÈ   $ZR$|¡Ï9ur Éú÷ütGxÿx©ur ÇÒÈ
  1. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.
  2. Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata,
  3. lidah dan dua buah bibir.

Allah menciptakan lidah dan bibir tidak hanya untuk manusia, tapi penyebutan ayat ini dimaksudkan bahw ada fungsi berbeda anggota tersebut bagi manusia jia dibanding makluk lain, yaitu fungsi untuk berbahasa.
  1. علمنا منطق الطير
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah memeberi kemampuan berbicara pada burung seperti kemampuan manusia berbicara. Memang ada beberapa burung yang bisa meniru bahasa manusia, tapi hanya terbatas beberapa kata saja, dan perlu latihan dalam jangka waktu yang sangat lama.
  1. Salah satu kesempurnaan manusia adalah berbahasa. Manusia memang makhluk Allah sebagaimana yang lainnya, akan tetapi ada ciri khusus yang diberikan Allah pada manusia yaitu berbahasa. Aristoteles juga mengatakan bahwa manusia adalah hewan yang berbicara secara jelas ‘حيوان ناطق مبين’
  2. Seorang ahli mengadakan penelitian pada anak yang baru lahir dan hewan yang baru lahir. Dua makhluk ini diperlakukan secara sama baik dari segi perhatian ataupun pendidikan. Pada waktu tertentu anak manusia muncul suarannya ia kemudian berkembang menjadi bahasa, akan tetapi suara hewan hanya berkembang sebagai suara terbatas yang tidak berkembang menjadi bahasa.

Bahasa sebagai fenomena rasional sebab manusia mempunyai kemampuan rasional untuk berbahasa yang diawali dari struktur tubuh yang dianugerahkan Allah untuk bisa berbahasa, komponen-komponen kehidupan di sekitarnya yang  mendorongnya berbahasa.

Bahasa sebagai fenomena sosial bisa dipahami bahwa kita ketahui butuh untuk berkumpul dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Karena itu bahasa bersifat arbriter dan konvensional. Bahasa menjadi sebuah karakter dan ciri khas dari masyarakat tertentu. Dan salah satu yang sangat dekat dengan fenomena sosiaal kebahasaaan adalah fungsi bahasa sebagai alat komunikasi.



Daftar Rujukan:

  1. Hasanah, Mamluatul. 2010. Proses Manusia Berbahasa Perspektif Al-Qur’an Dan Psikolinguistik. Malang: UIN-Maliki Press.
  2. Hasan, Tamam. Al-Lughah Al-Arabiyah Ma’naha Wa Mabnaha. Makkah Al- Mukarramah: Dar Al-Tsaqafah.
  3. Nur Indah, Rohmani. 2008. Psikolinguistik, Konsep Dan Isu Umum. Malang: UIN Malang Press.

BAHASA ARAB DAN BAHASA AL-QUR`AN

Unknown | 5:27 AM | 0 komentar
  • Berbagai kajian tentang bahasa Arab yang telah dilakukan oleh para pakar bahasa Arab selalu terkait dengan kitab suci Al-Qur`an,
  • seolah Al-Qur`an menjadi pusat perhatian dari kajian tersebut, baik kajian itu terkait langsung dengan penafsiran Al-Qur`an, penjelasan ayat-ayatnya, penjelasan maknanya, pengambilan hukum syari’ah, pembahasan makna kata, derivasi bentuk-bentuk kata, struktur sintaksis, silistika dan retorika, kaligrafi, astronomi, matematika, dan rahasia alam semesta.
  • Semua kajian tentang bahasa Arab ditujukan untuk mengkaji agama Islam, untuk memahami Al-Qur`an, sumber hukum Islam, dan undang-undang kaum Muslimin.
  • Di awal perkembangan Islam, agama Islam memiliki kaitan erat dengan bahasa Arab
  • motivasi yang mendorong para pakar bahasa Arab untuk mengumpulkan data-data bahasa Arab dan merumuskan tata bahasa Arab adalah motivasi keagamaan, yaitu menentukan titik dan baris Al-Qur`an dan mengajarkan bahasa Al-Qur`an kepada putera-puteri kaum Muslimin.
  • kurikulum pendidikan di dunia Islam sejak awal perkembangan Islam selalu mencakup pengetahuan agama dan bahasa Arab.
  • seorang ahli bahasa Arab biasanya sekaligus merangkap sebagai ahli agama atau ahli qira’at, ahli tafsir, ahli hadits, ahli teologi, atau ahli fiqih.
  • Noldeke:  “bahasa Arab dapat menjadi bahasa internasional karena Al-Qur`an dan Islam.
  • Karena dibawah kepemimpinan suku Quraisy, orang-orang Badwi dapat menaklukan penduduk padang pasir, sehingga bahasa Arab juga menjadi bahasa suci”.
  • Para ilmuan bekerja keras mengkaji bahasa Arab untuk mengungkap rahasianya agar dapat mengetahui kemu’jizatan Al-Qur`an.
  • Al-Qur`an diturunkan dengan bahasa fushah, bahasa yang diluar kemampuan masyarakat Arab awam.
  • pada masa awal perkembangan Islam masyarakat bertanya kepada para sahabat terkemuka tentang tafsir ayat Al-Qur`an dan kata-kata asing dalam Al-Qur`an.
  • Abdullah bin Abbas pernah ditanyakan tentang kata-kata tertentu di dalam Al-Qur`an maka dia menjelaskannya dengan bait-bait puisi Arab.
  • Berbagai pertanyaan dan jawaban yang terjadi antara masyarakat dan Abdullah bin Abbas dikumpulkan menjadi satu buku yang diberi judul: "سؤالات نافع بن الأزرق إلى عبد الله بن عباس"   (Pertanyaan-pertanyaan Nafi’ Ibn Al-Azraq kepada Abdullah Ibn Abbas). diterbitkan oleh Dr. Ibrahim al-Samarra`i di Bagdad pada tahun 1968.
  • Buku"سؤالات نافع بن الأزرق إلى عبد الله بن عباس"   dimulai dengan uraian berikut: “Pada saat Abdullah bin Abbas duduk di halaman Ka’bah dengan menjulurkan kakinya ke arah sumur zam-zam orang-orang mengelilinginya dari berbgai arah. Mereka bertanya kepada Abdullah tentang penafsiran Al-Qur`an dan halal-haram. Ketika dia sibuk menjawab pertanyaan orang, Nafi’ ibn al-Azra’ mengatakan kepada Najdah ibn Uwayn: “Mari kita datangi orang yang berani menafsirkan al-Qur`an dan memberikan fatwa tentang hal-hal yang tidak diketahuinya!”. Lalu mereka berdua menemui Abdullah ibn Abbas dengan mengatakan: “Kami ingin bertanya kepada anda tentang kitab suci al-Qur`an. Anda jelaskan kepada kami dengan merujuk pada puisi-puisi Arab, karena Allah menurunkan al-Qur`an dengan bahasa Arab!”. Abdullah ibn Abbas mengatakan: “Silahkan anda tanyakan tentang apa saja insya Allah saya akan menjawabnya.” Lalu mereka mengatakan: “Apa makna kataعِزِيْن dalam firman Allah ((عن اليمين وعن الشمال عزين. Abdullah Ibn Abbas menjawab: Kata عزين bermakna (berkelompok-kelompok).  Nafi’ ibn al-Azra’ dan Najdah ibn Uwayn mengatakan: “Apakah orang arab mengenal kata itu?” Ibnu Abbas mengatakan: “Ya. Dalam puisi karya Al-Abrash terdapat kata itu.”
فجاؤوا يهرعون إليه حتى  #  يكونوا حول منبره عزينا
Nafi’ mengatakan: “Tolong jelaskan tentang kata: وابتغوا إليه الوسيلة . Ibnu Abbas mengatakan: الوسيلة  bermakna الحاجة (keperluan).  Nafi’ mengatakan: “Apakah kata itu dipakai orang Arab?” Jawab Ibnu Abbas: “Ya, Antarah Al-Abasi pernah mengungkapkan kata itu dalam puisinya.”إن الرجال لهم إليكِ وسيلة  #  إن يأخذوكِ تكحلي وتخضبي .
  • Demikianlah Nafi’ tanya jawab itu terus berlangsung antara Nafi’ dan Ibnu Abbas, seingga akhirnya tanya jawab itu berkembang menjadi sekitar dua ratus lima puluh tempat dalam Al-Qur’an. Ibnu Abbas selalu memberi penjelasan dengan mengutip puisi-puisi Arab.
  • Akhirnya penafsiran Ibnu Abbas itu kemudian dianggap sebagai cikal bakal dari perkamusan Arab. Dan kajian bahasa Arab dimulai dari sini, dari makna kosa kata asing dalam Al-Qur’an.  Oleh karena itu kamus pertama dalam sejarah perkamusan Arab berjudul (غريب القرآن/Kosa Kata Aneg dalam Al-Qur’an ) karya Abu Sa’d Ibn Ribah Al-Bakri (W. 141 H.).
  • Sejak masa awal perkembangan Islam hinga waktu kini para ilmuan menyadari pentingnya puisi arab untuk membantu mengetahui makna-makna kata asing dalam Al-Qur`an dan hadits Nabi. Mereka gigih mengkaji transmisi puisi, menghafalkannya,  mengkaji silistika puisi dan maknanya, serta peperangan-peperangan yang terjadi di tengah-tengah bangsa Arab. Kalau yang mereka lakukan ini bukan karena motivasi keagamaan, tentu saja puisi arab jahiliyah musnah, dan kita tidak tau apa-apa tentang puisi itu.
  • Abu Hatim ar-Razi: “Kalau orang tidak perlu mengetahui bahasa Arab dan menggunakan puisi arab untuk mengetahui kosa kata asing dalam Al-Qur`an dan hadits tentu saja puisi menjadi tidak berguna dan para penyair Arab pun tidak dikenang orang.
  • Ibn Abbas: “Puisi Arab jahiliyah adalah rujukan orang Arab. Jika ada satu kata di dalam Al-Qur`an yang tidak jelas maknanya, maka kita merujuk kepada puisi sehingga kita mengetahui maknanya.”
  • Ibn Abbas menambahkan “ Jika anda menanyakan kepadaku tentang kata asing dalam Al-Qur`an, carilah makna kata itu dalam puisi karena puisi adalah rujuka orang Arab.
  • di antara motivasi untuk mengkaji puisi adalah untuk mengkaji Al-Qur`an. Hal ini juga yang menjadi motivasi penyusunan kamus-kamus Arab.
  • penyusunan nahwu dilatarbelakangi oleh semangat untuk menjaga Al-Qur`an dari kesalahan bacaan. Hal ini dapat diketahui pada latarbelakang penyusunan nahwu yang dilakukan oleh Abu al-Aswad ad-Du`ali
  • kajian gaya bahasa yang kemudian dikenal dengan ilmu balaghah terbagi menjadi Bayan, Ma’ani, dan Badi’.
  • Orang yang pertama kali menemukan ilmu Balaghah Abu Ubaidah Muammar ibn Mutsanna yang tujuannya adalah untuk mengetahui gaya bahasa Al-Qur`an.
  • Adapun penulisan huruf Arab tentu saja telah dimulai jauh lebih dulu dari pada turunnya Al-Qur`an. Namun perhatian terhadap Al-Qur`an agar terhindar dari kesalahan bacaan membuat para ulama di awal perkembangan Islam mencari metode yang dapat menyelamatkan pembaca Al-Qur`an dari kesalahan bacaan karena huruf-huruf Al-Qur`an pada masa itu belum memiliki tanda titik dan syakl. Sejarah membuktikan bahwa Abul Aswad ad-Du’ali adalah orang pertama yang menentukan titik dan harakat huruf-huruf Al-Qur`an.
  • Semua pengetahuan ini ditujukan untuk mengkaji agama Islam dan memahami Al-Qur`an. Jika Al-Qur`an memeruntahkan shalat, puasa, dan haji. Semua ibadah ini dilakukan pada waktu tertentu sesuai dengan perjalanan bulan dan berbicara bulan berarti berbicara dengan astronomi, maka astronomi pun dipelajari untuk mengetahui waktu-waktu ibadah tadi. Jika pembagian warisan menuntut penguasaan matematika, maka matematika itu dipelajari oleh kaum Muslimin untuk keperluan ini.
  • Demikian pula Al-Qur`an menganjurkan untuk mengamati alam semesta agar aqidah mereka menjadi semakin kokoh dan kuat, maka mempelajari ilmu alam juga menjadi suatu keharusan untuk mengkaji Al-Qur`an.
  • Demikianlah Al-Qur`an menjadi pusat dari semua kajian bahasa Arab yang dilakukan untuk mengkaji Al-Qur`an. Tanpa Al-Qur`an bahasa Arab fushah akan punah, akan menjadi bahasa pusaka seperti bahasa latin dan sansekerta.

Hubungan Mufradāt dengan Mahārah al Qirā’ah dan al Kitābah

Unknown | 8:24 PM | 0 komentar


Mufradāt merupakan unsur-unsur bahasa Arab yang tidak bisa dipisahkan dari ketrampilan berbahasa, khususnya ketrampilan membaca dan menulis. Hal ini sesuai dengan fungsi mufradāt itu sendiri yaitu memperbaiki gaya bahasa dari kesalahan-kesalahn nahwiyyah dan menjaga hubungan antara srtruktur kalimat dengan  keindahan makna.

Adapun mufradāt mempunyai hubungan yang sangat erat sekali dalam mengasah dan meningkatkan kemampuan seseorang dalam berbahasa, entah berbahasa lewat lisan maupun tulisan, hal ini sesuai dengan pendapatnya Vallet, dalam bukunya Syaiful Mustofa Strategi pembelajaran bahasa Arab inovatif, menegaskan bahwa kemampuan seseorang untuk memahami empat kemahiran berbahasa tersebut sangatlah bergantung pada penguasaan kosakata yang dimiliki. Sedangkan menurut Fuller, bahwa ada dua hal yang betul-betul patut diketahui seseorang ingin mempelajari suatu bahasa asing yaitu;

Pertama. kosakata (mufradāt)

Kedua. Bagaimana kosakata tersebut diramu; The are only two things that you really need to learn when you study a foreign language: words, and how to put them together.
 
Sedangkan menurut Imam Asrori, bahwa kosakata merupakan salah satu aspek terpenting untuk menguasai bahasa, termasuk bahasa Arab. pemahaman terhadap suatu teks tulis ataupun lisan dan kelancaran berbicara bahasa Arab banyak bergantung kepada penguasaan kosakata.

Berdasarkan beberapa pendapat dari tokok-tokoh bahasa di atas, bahwa mufradāt merupakan aspek yang tidak boleh diabaikan bagi seseorang yang ingin memperdalam sebuah bahasa (lisan maupun tulisan) dan mufradāt  mempunyai hubungan yang sangat erat dalam meningkatkan ketrampilan dan kecakapan berbahasa seseorang khususnya bahasa Arab.
 

Hubungan Qawāid dengan Mahārah al Qirā’ah dan al Kitābah

Unknown | 8:19 PM | 0 komentar



Qawāid atau tata bahasa merupakan unsur-unsur bahasa Arab yang lahir setelah adanya bahasa itu dan sejak lama sudah digunakan oleh para pengguna dan pecinta bahasa khususnya bahasa Arab. Qawāid mempunyai hubungan yang difungsikan dalam berbahasa untuk memperbaiki tata bahasa, menjaga hubungan tata bahasa dengan keindahan makna dalam bahasa itu sendiri, hal ini sesuai dengan pendapatnya Hasan syahatah dalam bukunya Ta’limul Lughah Arabiyyah Baina Nazhariyyah wa Tatbiq, bahwa qawāid dapat membekali seeorang dengan kemampun berbahasa, khususnya kemampuan tarakib untuk mengetahui kalimat dan membuat kalimat menjadi baik.
Adapun qawāid mempunyai hubungan dalam kemahiran berbahasa, khususnya dengan kemahiran membaca dan menulis dalam penerapan berbahasa, hal ini sesuai dengan pendapatnya Syaiful Mustofa dalam bukunya Strategi Pembelajaran Bahasa Arab, bahwa tidak akan mungkin bisa membaca teks Arab dan membuat kalimat tanpa memahami kaidah bahasa tersebut.  Ada empat aspek dalam kemahiran berbahasa Arab yang berhubungan dengan qawā’id yaitu;
  1. Kemampuan membaca dengan benar dan memahami dengan tepat kitab-kitab terutama al-Qur’an dan al-Hadits dan buku-buku berbahasa Arab.
  2. Kemampuan menulis
  3. Kemampuan berbicara
  4. Kemampuan memahami pembicaraan orang lain.

Konsep Gramatika Dalam Bahasa Arab Melalui Pedagogik Kritis

Unknown | 8:02 PM | 0 komentar



Nahwu sebagai ilmu akan berkembang, tergantung pada prespektif dan metode penelitian yang digunakan. Model kajian qawaid dalam bahasa Arab yang lebih realistis, rasional dan pragmatis sangat diperlukan. Nahwu pertama kali diperkenalkan oleh Abu aswad ad-Duali yang hidup pada masa Mu’awiyah bin Abu sufyan. Nahwu membahas pada akhir kata. Adapun sharaf membicarakan perubahan asal kata dari bentuk madhi, mudhori’, masdhar dan lain sebagainya. Sementara balaghah membicarakan tentang keindahan suatu bahasa atau lebih memperhatikan aspek sastra dari sebuah bahasa.
Konsep dalam gramatika pedagogik kritis dikorelasikan dengan pengkajian kitab-kitab berbahasa Arab yang bersastra tinggi misalnya kitab sastra terbesar yaitu Al-Qur’an yang mengkaji dan mengulas tuntas terkait struktur gramatika dalam teks Al-Qur’an dan mengkomunikasikannya untuk bisa makna yang dimilikinya dengan alat bantu gramatika itu sendiri. Keharusan pemahaman gramatika pedagogik kritis adalah agar seseorang pembaca teks mampu mendialogkan isi teks yang akan ditafsirkan, agar tidak terjebak pada pemahaman sempit dalam memahami muatan pesan isi teks.
Untuk memperoleh bangunan keilmuan atas apa yang terkandung dalam Al-Qur’an mengenai gramatika seharusnya pembahasannya menyangkut:
  1. Riwayat kebahasaan
  2. Riwayat yang berkaitan dengan nahwu
  3. Riwayat yang berkaitan dengan sharaf
  4. Redaksi dalam kata bertimbal (ambigu)
  5. Redaksi dalam kata metaforis (majaz)
  6. Kata yang mengandung peralihan makna
  7. Sisipan (idhmar)
  8. Pendahuluan dan pengakhiran
  9. Pembatalan hukum nask
  10. Tidak mengandung penolakan yang logis
Ada beberapa contoh analisis kritis terhadap struktur gramatika
1. Dhamir dan efektivitasnya atau implementasinya
Dhamir dibagi menjadi tiga : ghaib, mukhatab dan mutakallim. Ketiga bagian tersebut harus dipertimbangkan pula aspek peristiwa, pelaku dan waktu
2. Kedudukan kalimat dan pengaruh huruf ‘athaf (wawu)
Dalam karyanya Quraish shihab yang berjudul Mukjizat Al-Qur’an dikatakan dalam pemakaian kata yang menarik sehubungan tentang surge dan neraka.
Contoh dalam surat az-Zumar 39 ayat 71-73
“orang-orang kafir dibawa ke neraka Jahanam berombang-rombongan. Sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakanlah (futihat) pintu-pintunya dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya : “ Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul….” Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya dibawa ke dalam surge berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surge itu sedang pintu-pintunya telah terbuka (wa futihat) dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya : “kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu.
 Dalam ayat tersebut struktur bahasanya terlihat sama sesuai tujuan masing-masing, prosesnya juga sama, dibawa berombongan, setelah sampai pintu terbuka, dan penjaganya yang menyapa. Tapi ada sedikit perbedaan dalam hal ‘pintu yang terbuka’, dalam ayat 71 tentang neraka ditulis idza ja’uha futihat, sedangkan dalam ayat 73 tentang surga ditulis idza ja’uha wa futihat diartikan bagi penghuni neraka, pintu baru dibuka setelah mereka sampai di depan pintu, sedangkan untuk para penghuni surga, pintu surge telah terbuka menyambut mereka sebelum mereka  sampai didepannya. Kita perhatikan  kecermatan pemakai gaya bahasa Al-Qur’an. Bukankah kalau mengantar seorang penjahat ke penjara atau tempat hukuman, pintunya baru terbuka setelah seseorang sampai? Bukankah kalau seseorang hendak menyambut tamu terhormat yang akan datang ke rumah. Pintu gerbang rumah sudah terbuka lebar-lebar sebelum tamu tersebut datang.
3. Kedudukan subjek dan perbedaan penggunaan huruf jer (min dan ‘an)
Contoh “ dan apabila hamba-hamba-ku bertanya kepadamu tentang aku, maka (jawablah). Bahwasannya aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepadaku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran” (QS. Al-Baqarah 2:186).
Hal ini menunjukkan bahwa Allah sangat dekat dengan hamba-Nya.Allah selalu mengawasinya dan sebenarnya manusia tidak pernah luput sedikit pun dan dalam jarak seberapa pun dari pengawasan Allah.
a).  Analisis banyak kata yang memilki satu arti.
Dalam ayat-ayat tentang hari kiamat, Allah menyebutnya bermacam-macam. Misalnya, As-sa’ah, al-qari’ah, al-qiyamah, az-zalzalah, dan yaumu ad-din. Masing-masing memiliki makna dan tujuan sendiri-sendiri. Bahkan Allah menyebut dirinya sebagai qiyam pula (qiyamuhu-binafsihi). Bagaimana dengan manusia apakah sama dengan Allah (qiyamuhu-binafsihi). Ternyata manusia adalah qiyamuhu lighairih.
 
b). banyak kata yang memiliki arti sama tetapi memiliki kualitas berbeda.
Ayat tentang datangnya perintah Allah: ja’a dan ata (datang). Ayat tentang persiapan masa mendatang, Allah menggunakan redaksi wal tandzur nafsun ma qaddamat lighad.
 
Penjelasan dan pengkajian di atas merupakan hal-hal yang dapat dijadikan pengantar untuk pendalaman kitab-kitab berbahasa Arab, Hadits dan Al-Qur’an. Sykuron….